26

Syifa Nuri
3 min readJun 15, 2023

--

Hari ini aku 26 tahun. Setelah beberapa temanku mengeluh merasa sedih dan aneh di hari ulang tahunnya kemarin-kemarin, aku baru tahu apa yang mereka maksud. Hari ini aku merasa aneh sekali.

Aku memang gak pernah merayakan ulang tahun secara spesial. Sejak dulu selalu seperti itu. Tapi seingatku, aku selalu merasa bersemangat dan senang menyambut tanggal ini. Sesuatu yang rasanya hampir hilang di tahun ini.

Kalau diminta mendeskripsikan apa yang aku rasakan, sepertinya begitu banyak perasaan yang sulit aku jelaskan. Aku sedikit senang masih hidup, tapi entah kenapa ada rasa sedih yang menggantung, dan bingung yang memusingkan.

Bingung. Perasaan ini sering banget aku rasakan, tapi rasanya nggak pernah seterasa akhir-akhir ini, di penghujung umur 25-ku. Hal itu semakin terasa setelah aku menonton salah satu episode drama Dr. Romantic season 1, entah episode berapa (telat, memang).

Aku ingat betul bagaimana perasaanku ketika sosok Kim Sa-bu bilang, ketika kita sudah nggak punya lagi tujuan dalam hidup, kita akan kehilangan romantisme dalam hidup. Kira-kira begitulah, aku sedikit lupa.

Sejak membaca kalimat itu di subtitle Netflix layar laptopku, kok sedih banget, ya. Kayaknya aku memang sudah kehilangan tujuan.

Kalau kamu tanya aku sekarang, goals kamu apa sih? Asli, nggak tahu. Padahal kalau pertanyaan itu datang 4 tahun lalu, aku pasti bisa menjawabnya. Nggak perlu mikir.

Samar-samar aku ingat apa yang aku tulis di selembar kertas wawancara kerja di kantor pertamaku. Waktu itu tahun 2019, aku baru lulus kuliah. Ada pertanyaan “apa yang akan kamu lakukan dalam waktu 5 tahun ke depan”, yang bisa aku jawab dengan spontan (aku mengisinya nggak sampai 5 menit, lho).

Jawabanku: Aku mau kuliah S2 di luar negeri dengan dapat beasiswa. Keren.

Tapi kini, mimpi itu rasanya semakin jauh aja? Nggak tergapai. Jangka waktu 5 tahun itu hampir kedaluarsa. Tapi kok aku rasanya nggak pergi kemana-mana.

Aku belum pernah menyelesaikan pendaftaran beasiswa apa pun. Aku juga belum menabung biaya S2 sebanyak yang aku mau. Ikut persiapan TOEFL, IELTS, atau apa pun itu juga belum pernah. Semuanya terhenti di fase mengisi data diri.

Ada juga pertanyaan tujuan dalam 10 tahun yang rasanya juga makin samar aja. Jujur, aku bahkan sudah hampir lupa apa yang aku tulis di kertas wawancara kerja waktu itu. Apa aku mau jadi jurnalis hebat, ya? Atau jalan-jalan keliling dunia dan menulis tentang itu? Padahal aku bukan orang yang gampang lupa sama mimpi sendiri, lho (dulu).

Sekarang aku sudah bukan jurnalis lagi. Cuma pekerja kantoran biasa yang hidupnya bolak balik kantor, duduk 12 jam sehari di depan komputer, lalu mengeluh diam-diam tentang bos sama teman-teman. Besoknya ulangi lagi.

Kalau melihat orang-orang di sekelilingku, rasanya mereka setidaknya punya tujuan di usia yang sama denganku. Temanku banyak yang sudah menikah, punya anak, lolos LPDP, naik jabatan, punya karier baru, bangun rumah.

Bukan, aku bukannya mau menikah atau punya anak. Tapi rasanya aku ingin sekali jadi orang yang punya mimpi dan tujuan. Jarak pendek juga nggak apa-apa.

Misalnya, mau jajan es krim hari Selasa. Mau jogging sama pacar besok. Mau wawancara kerja 2 hari lagi. Mau jalan-jalan ke Malang bulan depan. Mau beli HP baru akhir tahun. Apa saja, deh. Karena saat ini, aku hampir nggak punya itu. Goals.

Rasanya nggak terhitung berapa hari yang aku habiskan hanya tiduran di kosan, sambil streaming drama Korea. Minggu kemarin juga begitu. Yang aku pikirkan adalah, ayo Senin datang lagi. Biar ada yang bisa aku kerjakan (padahal aku lagi benci banget sama pekerjaanku).

Membosankan banget, kan? Sama, aku juga merasa begitu. Mode autopilotku sudah lama banget nyala, dan aku bingung gimana caranya matiin itu.

Aku mau punya tujuan lagi, punya mimpi lagi. Sesuatu yang mau aku capai di akhir minggu. Sesuatu yang aku nantikan besok. Kenapa aku harus berangkat ke kantor. Kenapa aku harus ngumpulin uang. Kenapa aku harus tetap hidup dan terus bergerak. Apa ya kira-kira?

--

--