Sex Education Season 3: I Ended Up Changing my OTP in a Series, and I Don’t Regret It

Syifa Nuri
6 min readSep 19, 2021

--

Biasanya banyak serial yang akan meninggalkan beberapa masalah yang terjadi di season sebelumnya, menganggapnya udah selesai dan gak pernah dibahas lagi. Tapi untungnya, kreator serial ini gak melakukan itu. Trauma Aimee masih dibahas cukup kompleks di sini, dan itu keren banget. Bahwa trauma terhadap pelecehan seksual gak mungkin bisa segampang itu hilang, gak bisa langsung hilang hanya karena Aimee ditemenin naik bis sama teman-temannya. The scar is still there, and it will always be there.

Sex Education Season 3 is way better than the last two seasons. Setelah nunggu setahun lebih buat season 3 ini, gue merasa puas banget sih. Intinya, gue merasa season 3 ini jauh lebih emosional, banyak momen yang bikin emosi menggelora, patah hati dan kecewa, dan lain sebagainya. Let me break it down for you.

The characters development

Banyak hal yang bikin season ini jauh lebih baik. Salah satunya soal eksplorasi karakter yang bagus bangetttt. Dua yang terbaik menurut gue adalah Adam dan Ruby. Development sosok Adam dari seorang bully di season 1, terus jadi orang bingung yang masih punya toxic behaviour di season 2, dan sekarang mulai berubah lewat hubungannya sama Eric serta persahabatannya sama Ola di season 3. Menyenangkan melihat sosok Adam yang benar-benar berusaha jadi orang lebih baik dan akhirnya mendapatkan petunjuk soal apa yang ia bisa lakukan dalam hidupnya. Cakepppp banget. If you’re telling me that I’ll be rooting for Adam Groff before this season, I would be laughing my ass off.

Kedua ada sosok Ruby Matthews, salah satu Untouchables, yang anjir dibawakan dengan bagus banget oleh Mimi Keene. Kita bisa lihat sosok aslinya gimana, kehidupannya di rumah, persahabatan antara Untouchables yang tidaklah se-toxic yang aku kira, serta relasinya dengan orang lain yang banyak dieksplor saat dia lagi berhubungan sama Otis. What an unlikely pair, huh? But surprisingly they were so good together! Kenapa mereka bisa imut bener ya. Anjir padahal awalnya OTP ku adalah Otis-Maeve. Tapi setelah berkali-kali momen will-they-won’t-they yang frustrating banget, sekarang OTP ku adalah Otis-Ruby yang sayangnya sudah kandas huhuhu. Sakit hati banget pas lihat Ruby disakiti Otis. She deserved better!

Selanjutnya, development yang oke gak hanya dikasih buat dua karakter ini aja. Tapi tentu saja buat Otis, Eric, Aimee, Lily, dan bahkan Mr. Groff. Semuanya bagus bangetttt.

Otis misalnya, walaupun masih annoying as fuck tapi he’s getting better. He still makes my precious Ruby going through a horrible heartbreak, but at least he’s telling the truth. Eric too has been doing some horrible things, but I understand tho. Dia juga melalui berbagai hal kayak transisi hubungan yang lebih serius sama Adam, eksplorasi diri saat di Nigeria, dan juga dirinya yang mulai berusaha lebih bergerak maju dan mau jadi sosok yang lebih bebas. Dinamika persahabatan Otis-Eric juga kerasa lebih dewasa dan tetap goofy yang imut bener.

While Maeve, hmm she’s okay. She grew a lot, bouncing back after Otis did horrible to her last term. Senang juga melihat lebih banyak bagian persahabatan Maeve-Aimee yang hangat bener. Tapi gue gak merasa dia dikasih banyak ruang untuk berkembang sebanyak yang lain sih. Dan itu bagus juga, itu sebabnya kita jadi bisa melihat banyak karakter yang juga sama menariknya.

Mr. Groff pun, dikasih ruang buat berkembang sebagai manusia. Kita dikasih lihat apa yang mendorong dia jadi seorang bully buat Adam tanpa membenarkan tindakannya itu. Menarik liat perkembangan karakter dia jikalau nanti ada season 4.

Lalu yang juga jadi favorit adalah kisahnya Aimee. Di season 2 Aimee has been through a lot. Di ending season 2, diceritakan bahwa Aimee sudah ada pada tahap angry dan sedang berusaha memproses traumanya akibat sexual assault yang dia alami di bis. Scene para gadis yang naik bis bareng Aimee supaya dia gak takut lagi itu salah satu scene paling powerful di season 2. tapi yang menarik adalah, biasanya banyak serial yang akan meninggalkan beberapa masalah yang terjadi di season sebelumnya dan menganggap masalah itu udah selesai dan gak dibahas lagi. Tapi untungnya, kreator serial ini gak melakukan itu. Trauma Aimee masih dibahas cukup kompleks di sini, dan itu keren banget. Bahwa trauma terhadap pelecehan seksual gak mungkin bisa segampang itu hilang, gak bisa langsung hilang hanya karena Aimee ditemenin naik bis sama yang lain. The scar is still there, and it will always be there. Asiknya, Sex Ed ngasih ruang untuk Aimee benar-benar memprosesnya. Aimee Lou Wood did a very great job. Aimee ini salah satu karakter paling menarik sih buat gue. Development-nya oke banget dari season 1. I hope she will be okay from now on.

Next, favorit gue juga ada Lily. You’re probably familiar with her weird and confident personality sejak di season 1. Awalnya, sosok Lily akan terlihat sebagai orang yang gak takut mengekspresikan apa yang dia inginkan dan siapa jati dirinya. Tapi di season 2 itu agak sedikit berubah lewat koneksinya sama Ola. Tapi di season 3, itu jauh lebih kelihatan lagi. Gue gak nyangka sosok Lily yang selalu kelihatan percaya diri, bisa hancur berkeping-keping setelah dipermalukan oleh Hope. It shows that everyone could be vulnerable and it’s okay.

Terakhir adalah Isaac kali ya. I really want to push him from a cliff in season 2, but now I kinda understand a bit more about him kali ya. I could understand why he did what he did in the season 2 ending. He’s just a guy who’s willing to fight, and frankly, I thought he made a good pair with Maeve too hehe.

Pada akhirnya, bisa dibilang season 3 ini menunjukkan proses mereka dalam jalan menuju kedewasaan kali ya. And they told it beautifully.

Those emotional and powerful scenes

Selanjutnya, Sex Ed memang selalu membahas berbagai hal penting yang masih dianggap tabu. Selain tentu saja tentang seksualitas kita, tapi juga ada mengenai anxiety disorder, self harm, LGBTQ+, etc. Di season ini mereka take it even further. Ada karakter baru, seorang non-binary bernama Cal yang karakternya menarik bangettt. Lalu juga pembahasan soal sex ed di sekolah tanpa membahas sex, yang tentu saja masih dilakukan di dunia saat ini. Kemudian juga segregasi gender sampai video “sex ed” homofobik yang sangat disturbing.

Itu semua jadi dampak datangnya kepala sekolah baru bernama Hope ke Moordale. And god she was such an ass. She’s even worse than Groff. Banyak kebijakan baru yang ia terapkan di Moordale yang bikin darahku mendidih. Salah satu momen paling tai adalah saat Adam, Lily, dan Cal dipermalukan di depan sekolah. Gue bahkan sulit mendeskripsikan betapa marahnya gue saat lihat momen itu. Tapi mungkin apa yang dikatakan Rahim sampai dia harus diskors sedikit banyak mewakili apa yang mau gue sampaikan. Sekolah seharusnya jadi tempat di mana kita bisa merasa aman, bukan sebaliknya.

Senang ketika akhirnya murid-murid bisa memberikan perlawanan, even though it could mean the end for Moordale. The new school mars is the best for me hahaha.

In the end, I really do hope that they decide to make the 4th season. I really need to know who’s Joy’s father is! Judging Jean’s face, I really don’t think it’s Jakob! Cheers!

--

--